Kenalan Baru
Berawal dari tak mengenal, kini semakin akrab. Dari yang tak pernah
tahu, kini menjadi mengerti. Pak Abdul Basit, pengampu mata kuliah Filsafat
Dakwah. Yang kukenal di semester tiga. Sosoknya yang selalu berpenampilan rapi, disiplin dan lumayan humoris. Ketika
menerangkan materi, cara menjelaskannya itu enak didengar telinga. Kata-kata
yang digunakan komunikatif, sehingga mudah dipahami.
Namun ada sisi lain, mungkin ini lebih spesifik untuk personal,
lebih tepatnya ditujukan penulis mungkin. Suara yang terdengar ketika Beliau
menerangkan terasa lembut di telinga. Ketukan ritme suaranya Beliau ketika
menjelaskan terdengar teratur, tidak menggebu-gebu. Maka tak heran, bila
penulis lebih sering mengantuk ketika mengikuti perkuliahan Beliau. Terlagi,
jadwal kuliah di awal waktu. Jam tujuh pagi. Bagi penulis, yang notabene selain
menjadi mahasiswa tetapi juga seorang santriwati, maka perkuliahan di awal
waktu terasa sangat tidak efektif. Mengapa ? ya karena, di awal ataupun di
akhir waktu merupakan jam-jam genting. Memang, bukan karena status seseorang
itu siapa, melainkan niat yang menjadi hal utama.
Namun mau bagaimana lagi, meski dalam hati sudah diniatkan
sungguh-sungguh agar bisa mengikuti perkuliahan dengan lancar. Terkadang
panggilan alam tidak kuasa untuk dilawan. Rasa kantuk di pagi hari mampu
mengalahkan niat yang sudah dimantapkan. Usai memperbincangkan antara kantuk
dan niat.
Kini penulis akan sedikit share pengalaman perihal ilmu yang
didapatkan selama perkuliahan di semester tiga. Khususnya, mata kuliah Filsafat
Dakwah. Bagi penulis yang masih awam, dan pengetahuannya masih sedikit.
Sehingga terus semangat mencari ilmu.
Kata filsafat, pertama kali mendengarnya, maka yang terbersit dalam
pemikiran penulis adalah para filsuf. Iya, tepat sekali, ternyata filsafat
dengan filsuf itu memiliki hubungan. Filsuf itu sendiri adalah sebutan untuk
orang-orang yang berfilsafat. Sedangkan, filafat sendiri berasal dari bahasa
Yunani ”philosophia” yang berasal dari kata “philo” dan “shopia”. “Philo”
berarti cinta dan “shopia” berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat berarti cinta
kebijaksanaan. Bagi sebagian besar orang, memaknai filsafat sebagai pengetahuan
yang hanya berada pada alam pikiran dan permainan bahasa yang jauh dari
realitas kehidupan sehari-hari.(Abdul Basit, 2013: 1).
Maka tidak dipungkiri, banyak orang yang tidak suka ribet-ribet
untuk berfilsafat. Padahal kalau kita tinjau lebih mendalam lagi. Ilmu filsafat
sangat dekat bahkan mungkin menjadi bagian dalam kehidupan manusia. Mengapa
demikian, karena sejatinya, setiap manusia yang hidup di atas muka bumi ini
pasti dihadapkan dengan masalah kehidupan. Dari setiap permasalahan yang ada,
maka dibutuhkan adanya penyelesaian. Masalah hadir bukan untuk di hindari,
melainkan harus dihadapi. Mencari jalan keluar untuk menyelesaikannya.
Teringat ketika di sela-sela perkuliahan, Pak Abdul Basit
memberikan game, ada beberapa macam game seru, dan butuh usaha keras bagi otak
untuk memecahkan game yang diberikan. Gamenya ada yang dalam bentuk angka, ada
juga yang berbentuk gambar. Kelihatannya memang sederhana, namun sejatinya
tersirat dan tersimpan makna pembelajaran yang sangat bermanfaat. Mulai dari
ketelitian, fokus, hingga pantang menyerah untuk terus mencoba.
Pembelajaran penting yang selalu penulis ingat yaitu makna “Out of
the Box”. Sederhana memang kata-katanya. Namun arti yang terkandung sungguh
luar biasa. Kata tersebut berarti keluar dari kotak/ruangan. Maknanya, ketika
kita sebagai manusia, dalam berpikir. Seyogyanya mampu untuk keluar dari cara
berpikir pada umumnya.
Bila diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, maka setiap manusia
akan berpikir lebih dan mampu untuk berpikir di luar pemikiran pada umumnya.
Dalam arti, manusia dituntut untuk bisa berfikir lebih keras dari sekup
pemikiran manusia pada tingkat biasanya. Tidak hanya dalam berpikir tetapi juga
dalam bertindak. Ketika manusia mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari, maka setiap permasalahan, baik mulai dari yang kecil hingga besar
bisa diatasi/ditemukan jalan keluarnya.
Selain dengan game, pembelajaran perkuliahan melalui diskusi. Menurut
penulis yang merasakan manfaatnya, melalui diskusi jauh lebih mengena, karena
dituntut berpikir kritis dan mendewasakan. Banyak pembelajaran yang didapatkan
dari kegiatan diskusi. Yang pasti ilmu yang bermanfaat. Preview pengalaman
penulis selama perkuliahan Filsafat Dakwah terasa menyenangkan dan berkesan.
Banyak ilmu yang didapatkan. Untuk Pak Abdul Basit khususnya, penulis
mengucapkan terima kasih yang setulusnya, atas semua pembelajaran selama
perkuliahan. Dan memohon maaf atas segala kekhilafan. Mengenalmu, membuatku
tahu. Mengenalmu, menjadi salah satu bagian dosen favorit –penulis-.
FILSAFAT DAKWAH
Menyenangkan untuk dipelajari. Ayo, semangat mencari ilmu kawan-kawan.
Salam Sukses